Keteduhan masjid Nabawi

                   
                     Bagian ini berisi catatan pribadi perjalanan haji tahun 2012M/1433H sebagai jamaah haji Kloter 47 embarkasi Solo-Donohodan yang berangkat 4 Oktober 2012 dan kembali 15 November 2012. Suatu proses ibadah yang menguras fisik dan mental namun sarat hikmah dan pengalaman tak terlupakan. Besar harapan bahwa catatan ini bisa membawa manfaat sekaligus ikut menyebarkan syiar Islam ke seluruh dunia.


Rombongan kami, kabupaten Semarang sebanyak 375 orang dari 9 kecamatan, reguku terdiri dari 41 orang dan grup kecilku adalah 12 orang. Karena kami termasuk gelombang pertama, tujuan pertama kami adalah kota Madinah. Kami mendarat di bandara Jeddah waktu 10.00 WIB atau pukul 18.00 waktu Arab Saudi. Setelah melalui serangkain cek imigrasi dan mengumpulkan paspor kepada panitia, dimulailah perjalanan ibadah ini. Kami lihat koper kami telah dinaikkan diatas atap bus, mirip gambar dalam film India, lalu kami berbaris teratur dan menaiki bis. Tujuan kami adalah kota Nabi, Madinah sekitar 350 Km dari Jeddah.

Sesaat memasuki kota yang banyak menorehkan kejayaan Islam di masa Nabi Muhammad saw dan sahabat ini terlihat kubah masjid Nabawi dengan pilar-pilarnya yang cantik. Sopir bis bahkan sempat memutari komplek masjid Madinah, semakin takjub kami akan keberadaanya. Hatiku haru, tak menyangka dapat bersua dengan masjid yang sekian lama cuma melihat gambarnya. Sekitar waktu sebelum azan subuh, dari atas bis, kami melihat beberapa rombongan jamaah haji yang telah mukim bergegas pergi ke masjid.

Bayangan kehidupan Rasulullah dan keluarganya yang tinggal tidak jauh dari masjid, suasana syahdu dinihari menjelang subuh, azan yang indah, lantunan ayat-ayat Al Quran yang merdu dari imam-imam terkemuka di dunia memjadi daya tarik yang mengundang untuk selalu hadir dalam deret jamaah. Aku bertekad, untuk memaksimalkan ibadahku selama di tanah suci. Aku arahkan jiwa ragaku untuk beribadah. Sangat sayang, jika kita sudah sampai di tanah haram kita tidak senantiasa mengikuti salat berjamaah di masjid.

Raudah, tempat antara mimbar dan makam Nabi saw menjadi magnit di Madinah. Jamaah perempuan acap berebut masuk ke Raudah, terlebih di musim haji ini. Antrian panjang senantiasa mewarnai. Ini karena bidang Raudah yang disambangi sekitar 300m yang ditadai dengan karpet hijau lumut. Sementara masjid Nabawi keselruhan karpetnya berwarna merah. laskar berbusana burqa full cadar atau sebagian saja, tegas dan disiplin mengatur jemaah perempuan dari berbagai bangsa dan negara yang hampir seluruhnya berebut masuk jika tidak ditertibkan.

Pada hari ke-9 kami menuju Mekkah di suatu siang tepat setelah waktu salat Duhur. Kami mengambil miqat atau niat ihrom di masjid Bir Ali, yang jaraknya sekitar 7 jam dari kota mekah. Berniat umrah, kami telah mengenakan pakain ihram dari hotel Madinah. Berbagai aturan diterapakan saat keadaan ihram. Kami berusaha untuk menjaga diri dari pelanggaran yang sengaja maupun tidak.

Malam larut mengiringi kedatangan kami ke Mekah, sekitar waktu 11.00 WAS. Setelah pembagian kamar, regu kami langsung bersiap untuk memasuki Masjidil Haram yang berjarak 2Km dari hotel. Walaupun sedikit lelah, karena harus berjalan kaki tak mengendurkan semangat kami untuk segera bersua dengan Ka'bah, Baitullah. Kami langsung mengerjakan thawaf qudum dilanjutkan dengan serangkaian ibadah umroh. Sulit dilukiskan bagaimana perasaan kami saat itu. Antara takjub, bahagia sampai rasa haru rasanya bersatu padu. 

Kendati raga lelah, mengingat kami baru saja menempuh perjalanan Madinah-mekah, namun itu tak menyurutkan langkah kami untuk sai. Bolak-balik sebanyak 7 kali, kami napak tilas perjalanan siti Hajar yang mencari air untuk bayinya, Ismail AS. Suasana tempat sai yang modern dan lantai berpualam diringi dengan dzikir yang kami lantunkan. Masih terlihat bebatuan di bukit Marwa yang saat ini sudah dipagari kaca, mengingat para jaamah suka menaiki bebatuan tersebut untuk berdoa. Ibadah umroh kami yang pertama kali selesai pukul 02.00 WAS, sebagian dari rombongan memutuskan untuk menunggu samapi waktu Subuh tiba termsuk aku. Sebagianya lagi pulang utnuk beristirahat




Ini adalah sebagian gambar yang dapat saya ambil dalam perjalanan tersebut. Semoga Allah memberi kesempatan untuk berziarah kembali dan kembali.
Foto yang berhasil saya ambil diam-diam di waktu Dhuha di masjid Nabawi. Larangan membawa gadged dan mengambil gambar ditandai dengan pemeriksaan tas para jamaah (wanita) di setiap pintu masuk. Sepertinya hanya HP dengan kemampuan minim yang diabaikan para askar (penjaga).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

@Rangga Umara, Komitmen lebih mulia daripada Cinta

Kembali ke Titik Keraguan

Jodoh & Idaman